Sabtu, 19 Januari 2013

2013

Halo Halo Halo *lampai sempak* , hhe

Setelah pertapaan gwselama beberapa tahun terakhir. Pada tahun ini gw mau comeback nih ngeblog. ada yang kangen gak sama gw. Mungkin blog ini ntar gak spesifik kaya dulu lagi. Gw mau curhat, mau share, mau apa aja terserah gw deh. Blog Blog Gue. Problem.? ehh.. -_-"

Gak nyangka udah 2013, udah gak bayi lagi nih blog. Udah lama jg gw tinggalin. kasian *pukpuk*.

Udah ah gitu aja. Lagi males mikir gw. hha. Semoga ditahun 2013 ini gue dapat hal-hal apapun itu yang terbaik. Dapatin semua yang gw mau seijin Tuhan YME. :) . Semoga bisa cepet cepet mulai berwirausahanya. *Kibas Rambut*

Ehh iyaa. Gak lupa. Buat kota Jakarta. Semoga diringankan musibahnya. Aamiin . #PrayForJakarta

#PrayForIndeksPrestasi #PrayForLDR #PrayForKantongGW. ^hhe

dadah dadah. see u later. :D

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Berbagi pengalaman tentang usaha kebun sawit: beberapa faktor penentu harga kebun sawit yang meliputi harga tanah dan biaya pembangunan (operasional) kebun. Bila anda belum pernah memiliki kebun sawit sebelumnya dan sekedar membuka wawasan, berikut kami sajikan ulasan mengenai penentu harga kebun sawit di sumatera

1. Lokasi
Lahan semakin dekat dan mudah ke akses jalan akan membuat harga tanah tinggi dan akan lebih tinggi lagi bila lokasi kebun itu dekat dengan PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Sebagai perbandingan harga kebun di lokasi yang akses jalannya susah (jauh) pada kebun umur 3 tahun tanam seharga Rp.40juta/hektar, di lokasi yang aksesnya mudah (dekat) dengan kondisi yang sama dengan diatas bisa dihargai Rp.100juta bahkan lebih per hektarnya.

2. Jenis tanah
Jenis tanah darat lebih baik dari tanah gambut. Tanah yang konturnya relatif datar lebih baik dari tanah berbukit. Tanaman sawit adalah tanaman yang membutuhkan banyak air, jadi tanah yang dekat dengan sumber air (muka air tanah yang tidak terlalu dalam) akan sangat baik pertumbuhannya.

3. Jenis bibit yang ditanam
Tidak jarang kebun sawit dibuat dengan tujuan nantinya akan dijual kembali/ investasi. Tentu kebun yang seperti ini kurang meyakinkan sumber bibitnya, karena pemilik tidak mengharapkan hasil panen terbaik, hanya untuk dijual/ trading. Bibit yang baik sebaiknya berasal dari produsen yang sudah dilegitimasi, seperti PPKS (PPP Marihat dan PPP Medan/RISPA), PT. Socfindo, OPSG Topaz (Asian Agri), Dami Mas (SMART), dan Sriwijaya (Selapan Jaya).

4. Perawatan tanaman
Operasional kebun yang terawat sejak dari awal akan memberikan potensi panen yang optimal, karena perawatan yang baik akan memberikan keseragaman tanaman baik dari segi umur dan kecukupan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Kebun yang dirawat dengan baik akan berproduksi secara optimum hingga umur 30 tahun.

5. Umur tanam
Semakin produktif kebun akan semakin tinggi harganya. Namun bagi anda yang berminat membeli kebun yang sudah berproduksi tentunya harus mempertimbangkan usia tanamannya. Membeli kebun pada saat berbuah pasir (sekitar umur 2 tahun tanam) lebih baik daripada yang baru saja siap ditanam, karena pada umur ini sudah mulai bisa kita lihat buah yang keluar. Biasanya secara visual kondisi kebun secara umum dapat kita perkirakan baik atau tidak

6. Legalisasi lahan
Sebelum membeli pastikan apa surat legalitas yang ada. Apakah SHM, SKGR, SKT, dll. Tentu makin tinggi status surat legalitasnya akan semakin mahal harga kebun tersebut.

Demikian semoga bermanfaat...salam sujasmir hamid, Managing natural industry..

Unknown mengatakan...

Berbagi pengalaman tentang usaha kebun sawit: beberapa faktor penentu harga kebun sawit yang meliputi harga tanah dan biaya pembangunan (operasional) kebun. Bila anda belum pernah memiliki kebun sawit sebelumnya dan sekedar membuka wawasan, berikut kami sajikan ulasan mengenai penentu harga kebun sawit di sumatera

1. Lokasi
Lahan semakin dekat dan mudah ke akses jalan akan membuat harga tanah tinggi dan akan lebih tinggi lagi bila lokasi kebun itu dekat dengan PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Sebagai perbandingan harga kebun di lokasi yang akses jalannya susah (jauh) pada kebun umur 3 tahun tanam seharga Rp.40juta/hektar, di lokasi yang aksesnya mudah (dekat) dengan kondisi yang sama dengan diatas bisa dihargai Rp.100juta bahkan lebih per hektarnya.

2. Jenis tanah
Jenis tanah darat lebih baik dari tanah gambut. Tanah yang konturnya relatif datar lebih baik dari tanah berbukit. Tanaman sawit adalah tanaman yang membutuhkan banyak air, jadi tanah yang dekat dengan sumber air (muka air tanah yang tidak terlalu dalam) akan sangat baik pertumbuhannya.

3. Jenis bibit yang ditanam
Tidak jarang kebun sawit dibuat dengan tujuan nantinya akan dijual kembali/ investasi. Tentu kebun yang seperti ini kurang meyakinkan sumber bibitnya, karena pemilik tidak mengharapkan hasil panen terbaik, hanya untuk dijual/ trading. Bibit yang baik sebaiknya berasal dari produsen yang sudah dilegitimasi, seperti PPKS (PPP Marihat dan PPP Medan/RISPA), PT. Socfindo, OPSG Topaz (Asian Agri), Dami Mas (SMART), dan Sriwijaya (Selapan Jaya).

4. Perawatan tanaman
Operasional kebun yang terawat sejak dari awal akan memberikan potensi panen yang optimal, karena perawatan yang baik akan memberikan keseragaman tanaman baik dari segi umur dan kecukupan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Kebun yang dirawat dengan baik akan berproduksi secara optimum hingga umur 30 tahun.

5. Umur tanam
Semakin produktif kebun akan semakin tinggi harganya. Namun bagi anda yang berminat membeli kebun yang sudah berproduksi tentunya harus mempertimbangkan usia tanamannya. Membeli kebun pada saat berbuah pasir (sekitar umur 2 tahun tanam) lebih baik daripada yang baru saja siap ditanam, karena pada umur ini sudah mulai bisa kita lihat buah yang keluar. Biasanya secara visual kondisi kebun secara umum dapat kita perkirakan baik atau tidak

6. Legalisasi lahan
Sebelum membeli pastikan apa surat legalitas yang ada. Apakah SHM, SKGR, SKT, dll. Tentu makin tinggi status surat legalitasnya akan semakin mahal harga kebun tersebut.

Demikian semoga bermanfaat...salam sujasmir hamid, Managing natural industry..